Bagi yang mau melakukan perjalanan jauh mesti tau mengenai cara pemberian tip. Urusan memberi tip memang tricky alias gampang-gampang susah. Seperti yang dikatakan Benjamin Franklin yang mengamati budaya tip ini saat berkunjung ke Paris " to overtip is to appear arrogant". Memformulasikan jumlah yang tepat dalam memberikan tip tidak lah mudah.
Padahal secara harafiah tip diartikan sebagai tanda terimakasih yang diberikan secara sukarela atas jasa yang diberikan kepada kita. Tapi kata "sukarela" disini tidak dapat diartikan secara harafiah. Ada standar-standar tertentu yang membatasi kata sukarela itu.
Perancis adalah negara pertama yang membuat peraturan mengenai tip pada tahun 1955 yang mengharuskan semua restoran untuk menambahkan biaya jasa ( service charge) pada bon pembayran sehingga kustomer tidak perlu lagi memberi tip. Namun tidak berarti masalah selesai karena para pelayan masih mengharapkan tip dari kustomer. Hal ini disebabkan karena banyak pelayan yang tidak menerima biaya jasa yang ternyata langsung masuk ke kantong pemilik restoran.
Saya baca di majalah travel,ada seseorang yang menceritakan pengalamannya saat makan malam di sebuah restoran yang menyajikan makanan Italy di New York.Dia cukup sering berpergian, tapi ini adalah kunjungan pertamanya ke negeri Paman Sam sehingga ia sama sekali tidak mempunyai bayangan berapa tip yang harus ia berikan. Akhirnya ia memutuskan untuk memberi tip sebesar 10% dari harga makanan yang dia bayar.
Namun betapa terkejutnya dia ketika melangkahkan kaki keluar dari restoran, sang manajer restoran mengejarnya dan bertanya, " Mengapa Anda tidak menyukai makanan yang disajikan?" Dia pun bingung karena menurutnya risotto( maklum orang Indonesia, di New York tetap saja makannya nasi ) yang baru saja dimakan adalah yang terlezat yang pernah ia rasakan selama ini. Selidik punya selidik, manajer restoran itu " menuduh " dia tidak menyukai makanan yang disajikan karena ia hanya memberi tip sebesar 10 %.
Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. JIka di New York 10% dianggap tidak cukup, di Indonesia anda tidak perlu dipusingkan dengan hitungan matematika yang rumit. Cukup tinggalkan lembaran Rp.5.000an atau Rp. 10.000an sudah cukup kecuali Anda makan malam di hotel berbintang lima yang mengharuskan Anda merogoh kocek lebih dalam ( sekitar 5-10% dari bon pembayaran dianggap cukup pantas ).
Ada beberapa negara yang tidak mempunyai kebiasaan memberikan tip. Jika di Amerika tip sudah menjadi kebiasaan, di Belanda orang baru memberi tip jika mereka benar-benar puas dengan pelayanan yang diberikan. Jika mereka merasakan sebaliknya mereka tidak akan repot-repot mengeluarkan uang tip. PEmerintah Singapura sangat tidak menganjurkan pemberian tip bahkan di bandara Changi dianggap melanggar hukum. Cina dan Jepang juga bukan negara yang " menganut " tipping.
Tapi agak repot jika kita harus mengingat satu per satu peraturan tentang tip di setiap negara. MEski bukan standar resmi, barangkali tips dibawah ini dapat dijadikan acuan :
Meski beberapa orang ( terutama di Amerika Serikat ) merasa bahwa tip yang pantas sekitar 20%,para pelayan sendiri berpendapat bahwa tip yang pantas untuk pelayanan yang memuaskan adalah sekitar 15% dari bon pembayaran sebelum ditambah pajak. Untuk pelayanan yang biasa saja, 10% - 12 % dianggap masuk akal. Jika Anda makan di restoran yang sederhana dimana pelayanan tidak menjadi nilai jual, 10% sudah cukup.
Makin banyak restoran di seluruh belahan dunia yang mengikuti jejak Prancis dalam menambahkan biaya pelayanan ( service charge ) pada bon pembayaran. Dalam kasus ini,jangan ragu-ragu untuk menanyakankepada pelayan apakah mereka mendapat bagian dari biaya pelayanan tersebut. Jika tidak, berikan tip yang pantas.
Di Eropa, jika makanan yang disajikan di sebuah restoran sangat enak dan pelayanannya memuaskan orang tidak akan ragu untuk memberikan tip dalam jumlah yanglebih besar dari biasanya.
Kita juga diharapkan untuk memberi tip tambahan jika kita " merepotkan" pelayannya (misalnya cerewet dan banyak menuntut ).
Sebagian besar hotel di seluruh dunia secara otomatis menambahkan biaya pelayanan di restoran mereka sebesar 15%. Jumlah ini dibagikan ke semua staff dari pelayan hingga pencuci piring. Pelayan di restoran hotel berbintang biasanya mempunyai penghasilan lebih besar dibanding "saudaranya" yang bekerja di restoran biasa. Namun jika pelayanan yang Anda dapat memuaskan, tidak ada salahnya jika Anda memberikan tip sebesar 5-10% dari bon pembayaran.
Di kafe atau pub, tip yang direkomendasikan adalah 10-15%, tergantung pada pelayanan yang diberikan. Namun Anda juga harus memperhatikan beberapa hal. Sebagai contoh, jika Anda hanya minum satu botol bir atau secangkir kopi selama dua jam, tip yang diberikan sebaiknya lumayan besar.
Bagaimana jika makanan dan pelayanan yang Anda dapat tidak memuaskan ? Jika makanannya tidak menggoyang lidah, lebih katakan kepada manager atau pemilik restoran bukan kepada pelayan. JIka pelayanannnya buruk,sehingga merusak selera makan Anda, saya setuju jika Anda tidak memberikan tip sama sekali. ..
( disadur dari majalah JALAN-JALAN )
Padahal secara harafiah tip diartikan sebagai tanda terimakasih yang diberikan secara sukarela atas jasa yang diberikan kepada kita. Tapi kata "sukarela" disini tidak dapat diartikan secara harafiah. Ada standar-standar tertentu yang membatasi kata sukarela itu.
Perancis adalah negara pertama yang membuat peraturan mengenai tip pada tahun 1955 yang mengharuskan semua restoran untuk menambahkan biaya jasa ( service charge) pada bon pembayran sehingga kustomer tidak perlu lagi memberi tip. Namun tidak berarti masalah selesai karena para pelayan masih mengharapkan tip dari kustomer. Hal ini disebabkan karena banyak pelayan yang tidak menerima biaya jasa yang ternyata langsung masuk ke kantong pemilik restoran.
Saya baca di majalah travel,ada seseorang yang menceritakan pengalamannya saat makan malam di sebuah restoran yang menyajikan makanan Italy di New York.Dia cukup sering berpergian, tapi ini adalah kunjungan pertamanya ke negeri Paman Sam sehingga ia sama sekali tidak mempunyai bayangan berapa tip yang harus ia berikan. Akhirnya ia memutuskan untuk memberi tip sebesar 10% dari harga makanan yang dia bayar.
Namun betapa terkejutnya dia ketika melangkahkan kaki keluar dari restoran, sang manajer restoran mengejarnya dan bertanya, " Mengapa Anda tidak menyukai makanan yang disajikan?" Dia pun bingung karena menurutnya risotto( maklum orang Indonesia, di New York tetap saja makannya nasi ) yang baru saja dimakan adalah yang terlezat yang pernah ia rasakan selama ini. Selidik punya selidik, manajer restoran itu " menuduh " dia tidak menyukai makanan yang disajikan karena ia hanya memberi tip sebesar 10 %.
Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. JIka di New York 10% dianggap tidak cukup, di Indonesia anda tidak perlu dipusingkan dengan hitungan matematika yang rumit. Cukup tinggalkan lembaran Rp.5.000an atau Rp. 10.000an sudah cukup kecuali Anda makan malam di hotel berbintang lima yang mengharuskan Anda merogoh kocek lebih dalam ( sekitar 5-10% dari bon pembayaran dianggap cukup pantas ).
Ada beberapa negara yang tidak mempunyai kebiasaan memberikan tip. Jika di Amerika tip sudah menjadi kebiasaan, di Belanda orang baru memberi tip jika mereka benar-benar puas dengan pelayanan yang diberikan. Jika mereka merasakan sebaliknya mereka tidak akan repot-repot mengeluarkan uang tip. PEmerintah Singapura sangat tidak menganjurkan pemberian tip bahkan di bandara Changi dianggap melanggar hukum. Cina dan Jepang juga bukan negara yang " menganut " tipping.
Tapi agak repot jika kita harus mengingat satu per satu peraturan tentang tip di setiap negara. MEski bukan standar resmi, barangkali tips dibawah ini dapat dijadikan acuan :
Meski beberapa orang ( terutama di Amerika Serikat ) merasa bahwa tip yang pantas sekitar 20%,para pelayan sendiri berpendapat bahwa tip yang pantas untuk pelayanan yang memuaskan adalah sekitar 15% dari bon pembayaran sebelum ditambah pajak. Untuk pelayanan yang biasa saja, 10% - 12 % dianggap masuk akal. Jika Anda makan di restoran yang sederhana dimana pelayanan tidak menjadi nilai jual, 10% sudah cukup.
Makin banyak restoran di seluruh belahan dunia yang mengikuti jejak Prancis dalam menambahkan biaya pelayanan ( service charge ) pada bon pembayaran. Dalam kasus ini,jangan ragu-ragu untuk menanyakankepada pelayan apakah mereka mendapat bagian dari biaya pelayanan tersebut. Jika tidak, berikan tip yang pantas.
Di Eropa, jika makanan yang disajikan di sebuah restoran sangat enak dan pelayanannya memuaskan orang tidak akan ragu untuk memberikan tip dalam jumlah yanglebih besar dari biasanya.
Kita juga diharapkan untuk memberi tip tambahan jika kita " merepotkan" pelayannya (misalnya cerewet dan banyak menuntut ).
Sebagian besar hotel di seluruh dunia secara otomatis menambahkan biaya pelayanan di restoran mereka sebesar 15%. Jumlah ini dibagikan ke semua staff dari pelayan hingga pencuci piring. Pelayan di restoran hotel berbintang biasanya mempunyai penghasilan lebih besar dibanding "saudaranya" yang bekerja di restoran biasa. Namun jika pelayanan yang Anda dapat memuaskan, tidak ada salahnya jika Anda memberikan tip sebesar 5-10% dari bon pembayaran.
Di kafe atau pub, tip yang direkomendasikan adalah 10-15%, tergantung pada pelayanan yang diberikan. Namun Anda juga harus memperhatikan beberapa hal. Sebagai contoh, jika Anda hanya minum satu botol bir atau secangkir kopi selama dua jam, tip yang diberikan sebaiknya lumayan besar.
Untuk porter atau hotel bellman dianjurkan untuk memberi 1 dollar atau 1 Euro untuk setiap tas yang mereka bawa. Di Indonesia, kita menghitungnya dengan sistem " borongan ",Rp. 10.000 dianggap cukup pantas. JIka tas yang dibawa banyak dan berat ada baiknya jika Anda memberi lebih.
Bagaimana jika makanan dan pelayanan yang Anda dapat tidak memuaskan ? Jika makanannya tidak menggoyang lidah, lebih katakan kepada manager atau pemilik restoran bukan kepada pelayan. JIka pelayanannnya buruk,sehingga merusak selera makan Anda, saya setuju jika Anda tidak memberikan tip sama sekali. ..
( disadur dari majalah JALAN-JALAN )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
comment here